Halaman

Rabu, 01 Februari 2012

ULKUS PEPTIKUM


Peptic ulcer atau juga sering dikenal dengan sebutan PUD (peptic ulcer disease) adalah erosi pada daerah mukosa traktus gastrointestinal yang berdiameter 0.5 cm atau     lebih dan jika sudah berat akan menimbulkan rasa nyeri didaerah regio epigastrum.Gejalanya bisa berupa rasa mual,perut kembung ,bertahak terus menerus,penurunan nafsu makan,hingga muntah hebat.

Lesi ini dapat terbentuk karena berbagai hal.pada umumnya dua faktor yang berperan adalah invasi bakteri Helicibacter pylori ke mukosa lambung atau duodenum yang langsung merusak mukosa lambung atau dikarenakan berbagai zat tertentu yang bersifat asam,seperti obat-obatan anti inflamasi non-steroid misalnya,aspirin dan ibuprufen atau clopidogrel yang dapat menurunkan produksi prostaglandin dan mucin yang berperan sebagaifaktor defensif dari organ ini.


Untuk mengatasi hal tersebut,maka dicari penyebab utamanya,jika disebabkan bakteri maka diberikan antibiotik,bila karena obat maka sebaiknya penggunaan obat tersebut dihentikan dan digantikan dengan obat yang memiliki efek setara tapi tidak mengiritasi mukosa gastrointestinal.
Selanjutnya dapat diberikan obat yang mengurangi sekresi asam lambung,hal ini berguna dalam mengurangi iritasi mukosa yang telah terjadi,sehingga memberi kesempatan bagi mukosa lambung untuk regenerasi.

Terapi yang dianjurkan untuk saat ini adalah pemberian obat penghambat pompa proton atau Proton Pump Inhibitor (PPI),seperti golongan omeprazol,pantoprazol,lansoprazol.

PPI adalah suatu prodrug yang membutuhkan suasana asam untuk aktivasinya,setelah diabsorbsi dan masuk ke sirkulasi sistemik,obat ini akan berdifusi ke dalam sel pareintal lambung,terkumpul dalam kanalikuli sekretor dan mengalami aktivasi menjadi tetracyclic sulfonamide.Bentuk aktif ini berikatan dengan pompa proton yang berada pada membran apikal sel pariental,hal ini yang akan menyebabkan asam lambung menurun 80-90 % dengan waktu paruh 1.5 jam,walau begitu obat golongan ini cukup diminum sehari sekali,hal ini dikarenakan efek obat dapat bertahan selama 24-48 jam,hambatan ini bersifat reversible dan sel parental akan kembali memproduksi asam lambung 3-4 hari pasca obat dihentikan.

Untuk mencegah obat ini terdegradasi suasana asam dalam lambung maka dibuat dalam sediaan salut enteric agar zat aktif dapat terlindungi,jika diminum bersamaan dengan makanan,bioavailabilitasnya akan menurun hingga 50 %,oleh karena itu sebaiknya diberikan 30 menit sebelum makan dan untuk hasil yang optimal,capsul sebaiknya ditelan utuh,jangan dikunyah,dibuka atau digerus.
Selain itu obat ini juga dapat diberikan bersama dengan antasida untuk mengatasi atau menetralisir asam lambung yang sudah disekresi sebelumnya.

Efek samping yang biasanya muncul selama pemberian obat ini adalah sakit kepala,diare atau konstipasi,nyeri abdomen,mulut kering,urtikaria,pruritus,mual,muntah,flatuence(sering buang angin),pusing dan lelah.

Obat jenis ini berinteraksi dengan obat-obatan,warfarin,itrakonazol,ketokonazol,digoxin,cilostazol,sucralfate,ampicillin,bisacodil,delavirdine,fluvoxamine,suplemen besi,theofilin,voriconazole,aminophyline danastemizole.
Jangan diberikan pada pasien yang hypersensitiv terhadap obat jenis ini,pasien dengan kemungkinan keganasan lambung,dan ibu hamil atau menyusui,jika memang diperlukan sebaiknya hentikan menyusui karena belum teruji keamanan dan efektivitasnya.

SEMOGA BERMANFAAT.  

1 komentar: